Hwnews.id – Dalam beberapa pekan terakhir ini dinamika dan konstelasi politik tanah air mengalami pergerakan yang cukup dinamis, menarik untuk di simak oleh para pengamat politik dan para simpatisan. Tidak luput pula dinamika penggodokan kandidat capres dan cawapres yang di sonding oleh masing masing elite partai dan para pengamat politik serta lembaga survei.
Namun secara kasat mata tidak kalah pentingnya manuver para elite, ini sudah masuk para ranah yang sangat serius dan menarik untuk kita simak, Setelah masa covid mulai pulih normal dan pembatasan tatap muka berakhir, dimulai dari berbagai panggung dan moment suasana halal bil halal idul fitri 1443H, Event Formula E, dan lain-lain.
Masing masing elite menyambut suka duka dengan penuh optimisme, untuk menggagas dan menggodok masing masing jagoan, capres dan cawapres yang akan mereka usung dalam pemilu serentak pileg dan pilpres februari 2024 nanti. Ada hal menarik secara persepektif Inteligen politik para elite sudah memainkan beberapa strategi penggalangan masing masing, Politik Kontra Inteligen dan Perang Urat Saraf sudah mulai ditabuh.
Secara tidak langsung kontra inteligen dan perang urat saraf, adalah merupakan suatu bagian strategi yang dapat di gunakan dalam berbagai siasat sebuah pertempuran dalam setiap aktivitas dan pergerakan. Kita sadari atau tidak masing masing para suhu para elite politik sudah memulai memainkan siasat masing masing.
Hal ini dapat kita lihat dari komunikasi yg aktif antara PDIP dan Grindra yg semakin mesra, Terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar,PAN & PKB), ada juga Komunikasi yang aktif para petinggi partai non parlemen, Munculnya konsolidasi relawan capres lama dan baru. Terakhir Agenda Rakernas Partai NasDem yang baru saja dilaksanakan yang sudah memutuskan 3 nama, (Anis, Andika, Ganjar).
Kalau kita boleh melihat kembali ke belakang dinamika politik pasca pilpres 2019 beberapa tahun yang lalu dari sana ada hal menarik yang perlu kita simak kembali. Pasca rekonsiliasi para capres yang di inisiasi atau digarantori oleh seorang tokoh, Semoga berkenan jika boleh saya pakai pendekatan inisial dari seorang tokoh yaitu Pak kumis yang senyap. Dengan kepiawaian dan mungkin saja demi untuk menjaga kondusifitas sebuah negara, maka sayapun sempat memberikan apresiasi untuk beliau yg dapat memfasilitas terjadinya pertemuan gerbong kereta.
Dari proses itu sebenarnya bagi Beliau kandidat yg pernah di usung dan partai koalisi tidaklah begitu sensi dan agak kurang menarik dalam suatu dinamika politik karena kita memahami situasional kandidat dan para pendukung elite koalisi, bahkan hal itu adalah suatu geming yang bisa saja membuat koalisi merasa tidak nyaman.
Namun karena dampak dari kerasnya konstelasi pada saat masa pemilu 2019 yang lalu maka dengan niat atas visi misi kenegarawanan maka Rekonsiliasi demikian dapat di maklumi walaupun mungkin saja hati berkata lain…
Bersambung..(Penulis adalah anak kemaren sore..RZ88)