Daerah  

Menuju Indonesia Lumbung Pangan 2045

Menuju Indonesia Lumbung Pangan 2045
banner 120x600

Indonesia emas 2045 merupakan cita-cita dan harapan rakyat Indonesia, dimana pada saat itu harapannya rakyat indonesia hidup dengan makmur dan sejahtera. Salah satu misi yang diupayakan untuk mencapai visi tersebut adalah dengan menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan pada tahun 2045, dimana pada tahun itu Indonesia diharapkan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya saja melainkan juga mampu untuk menjadi negara pengekspor makanan pangan khususnya beras.

Jika melihat keadaan saat ini, maka akan kita akan dapati data produksi padi tahun 2022 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berkisar pada 55,67 juta ton gabah kering giling (GKG) yang jika kita konversi dalam bentuk beras maka rpoduksi beras indonesia tahun 2022 adalah sekitar 32,073 ton beras.

Untuk mengetahui produksi beras indonesia sudah layak untuk melakukan ekspor atau belum, kita dapat mengikuti saran dari Bulog yaitu dengan cara menghitung jumlah kebutuhan kasar penduduk ditambah dengan 1 juta ton beras sebagai cadangan untuk penyetabilan harga.

Jika dihitung secara kasar dengan cara mengalikan jumlah penduduk dengan kebutuhan beras perkapita pertahun, maka kita dapati jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2022 adalah sebanyak 275,36 juta Jiwa (Data BPS) sedangkan kebutuhan perkapita pertahun yang dilansir dari humas brin adalah 114,6 kg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kebutuhan pada tahun 2022 adalah sebanyak 31,407 juta ton dan untuk melakukan ekspor dibutuhkan produksi beras minimal 32,407 juta ton beras. Sehingga dapat disimpulkan bahwa saat ini Indonesia masih harus berbena agar mampu menggapai cita-citanya menjadi lumbung pangan 2045.

Salah satu masalah yang ditemui untuk menambah jumlah produksi padi adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan atau industri. Alih fungsi lahan pertanian membuat penambahan lahan pertanian bukanlah solusi yang dapat diprioritaskan dan memaksa petani Indonesia untuk menjadikan peningkatan produktivitas sebagai solusi utama untuk meningkatkan produksi padi di masa yang akan datang. Jika kita berkaca pada produktivitas negara penghasil beras lainnya, maka akan kita dapati produktivitas produksi padi indonesia masih tertinggal, dimana produktivitas Cina mencapai angka 70,2 kuintal (ku)/ hektar (ha) sedangkan produktivitas padi di indonesia hanya berada pada angka 52,26 ku/ha.

Namun, jika kita memperhatikan data produktivitas padi yang dirilis oleh BPS secara series tahunan, maka akan kita dapati produktivtas di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2018 produktivitas hanya berkisar 52,03 ku/ha dan sekarang menjadi 52,26 ku/ha.

Jika kita lihat berdasarkan provinsi, maka akan kita dapati kesenjangan produktivitas produksi padi yang sangat jauh. Di pulau Kalimantan, produktivitas padi berkisaran pada angka 30,28 ku/ha hingga 39,97 ku/ha, tertinggal jauh dibandingkan daerah jawa yang berkisar antara 56,02 hingga 56,81. Disparitas antar daerah ini menunjukkan bahwa karakteristik kesuburan tanah, ketersediaan air dan faktor pertanian lainnya pada setiap daerah berbedaa-beda dan hal ini menyebabkan perlakuan untuk meningkatkan produktivitas padipun berbeda-beda pada setiap daerahnya. Oleh karena itu, untuk mengambil kebijakan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas padi dimasing-masing daerah, pemerintah memerlukan data mengenai pertanian sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing. Sensus pertanian 2023 (ST2023), merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperoleh data pertanian di seluruh wilayah Indonesia. Sensus pertanian merupakan sensus yang bertujuan untuk menyediakan data struktur pertanian dan menyediakan data yang dapat digunakan sebagai tolok ukur statistic pertanian.

Harapannya sensus ini berjalan dengan lancar serta data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan produktivitas padi dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh karena itu mari kita suksekan ST2023 untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani dengan cara menerima kedatangan petugas sensus dan menjawab pertanyaan dengan jujur dan benar.

 

Oleh : Ikhlasul Fajri, ASN BPS Kabupaten Lebong

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *